Abbas, Suriani (2013) Kepemimpinan Perempuan di Kerajaan Bone (1470-1895). Diploma thesis, Universitas Negeri Makassar.
Text
Suriani Abbas.docx Download (14kB) |
Abstract
Abstrak Suriani Abbas. Kepemimpinan Perempuan di Kerajaan Bone (1470-1895) (dibimbing oleh, Rabihatun Idris dan Patahuddin). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: alasan-alasan perempuan di Kerajaan Bone dapat diangkat menjadi seorang raja, kondisi awal Kerajaan Bone pada saat kepemimpinan raja perempuan, kebijakan yang dilakukan oleh raja perempuan dan keberhasilan yang dicapai selama masa kepemimpinannya. Jenis penelitian ini adalah penelitian sejarah yang sifatnya memberikan gambaran secara spesifik tentang kepemimpinan perempuan di Kerajaan Bone yang disertai dengan analisis-analisis kritis oleh peneliti. Tehnik penelitian dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yakni heuristik (pengumpulan data), kritik (analisa data), interpretasi (menafsirkan data), historiografi (menuliskan data menjadi peristiwa yang utuh). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, perempuan di Kerajaan Bone dapat menjadi seorang raja karena perempuan dianggap memiliki kemampuan yang sama seperti halnya dengan laki-laki. Selain itu, syarat terpenting seseorang menjadi raja adalah kemurnian darah yang dimiliki sebagai keturunan langsung dari To Manurung. Dalam sejarahnya Kerajaan Bone pernah dipimpin oleh enam raja perempuan yaitu We Benrigau Makkalempie Mallajange ri Cina raja Bone IV (1496-1516), We Tenri Pattuppu Raja Bone-X (1602-1611), Batari Toja Daeng Talaga Raja Bone-XVII (1714-1715), kemudian terpilih lagi sebagai Raja Bone-XXI (1724-1749), We Maniratu Arung Data Raja Bone-XXV (1823-1835), Pancaittana Besse Kajuara Raja Bone-XXVIII (1857-1860), dan Fatimah Banri Raja Bone-XXX (1871-1895). Pada awal kepemimpinan raja perempuan, Kerajaan Bone telah memiliki perekonomian yang cukup mendukung di sektor pertanian. Kebijakan dan keberhasilan yang dilakukan oleh raja-raja perempuan ini berbeda-beda, seperti dalam bidang ekonomi (pada masa kepemimpinan We Benrigau), sistem pemerintahan (pada masa kepemimpinan We Tenrituppu), kerjasama dengan kerajaan lain (pada masa kepemimpinan Batari Toja), pertahanan dan keamanan (pada masa kepemimpinan I Mani Arung Data dan Besse Kajuara), dan dalam bidang kesenian (pada masa kepemimpinan Fatimah I Banri). Kata Kunci: Kemampuan perempuan, kebijakan, keberhasilan sebagai pemimpin Abstarck SURIANI ABBAS. 2013. Women Leadership in Bone Monarchy (1470-1895) (supervised by Rabihatun Idris and Patahuddin). The study animed at axamining the reasons of momen in Bone Monarchy could be appointed as a king, the intial condition of Bone Monarchy during the female king, the policy conducted by the female king and success achieved in their leadership time. The type of the study was a history research which described specifically on woman leadership in Bone Monarchy followed by critical analysis by the searcher. Technique used in the study was heuristic (data collection), critic (data analysis), interpretation (data interpretation), and hystoriography (data writing into the complete event). The result of the study revealed that women in Bone Monarchy could become a king because women was considered to have equal competence as men; morever, the essential requirement to become a king was the blood line from To Manurung, so in its history Bone Monarchy was led by six female kings, namely We Benrigau Makkalempie Mallajange ri Cina of King Bone IV (1496-1516), We Tenri Pattuppu King Bone-X (1602-1611), Batari Toja Daeng Talaga King Bone XVII (1714-1715), an re-elected as King Bone-XXI (1724-1749), We Maniratu Arung Data Bone-King XXV (1823-1835), Pancaittana Besse Kajuara King Bone-XXVIII (1857-1860), and Fatimah Banri King Bone-XXX (1871-1895). At the beginning of female kings leadership, Bone Monarchy had fairly good economic which supported agriculture. The policy and success conducted by female kings were different as in economy aspect (the leadership of We Benrigau), goverment system (the leadership of We Tenrituppu), partner with other monarchies (the leadership of Batari Toja), defense and security (the leadership of I Mani Aru Data and Besse Kajuara), and arts (the leadership of Fatimah I Banri). Key word: the ability of women, policy, success as a leader
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | FAKULTAS ILMU SOSIAL > Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial |
Divisions: | FAKULTAS ILMU SOSIAL |
Depositing User: | UPT PERPUSTAKAAN UNM |
Date Deposited: | 06 Dec 2016 01:41 |
Last Modified: | 06 Dec 2016 01:41 |
URI: | http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/1555 |
Actions (login required)
View Item |