Karakteristik Kesalahan Penalaran Matematika dan Pemberian Scaffolding Ditinjau Dari gaya Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Sungguminasa kabupaten Gowa

AMALIYA, REZKI (2017) Karakteristik Kesalahan Penalaran Matematika dan Pemberian Scaffolding Ditinjau Dari gaya Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Sungguminasa kabupaten Gowa. S1 thesis, UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR.

[img] Text
Artikel Rezki Amaliya.docx

Download (753kB)

Abstract

Penelitian ini adalah eksploratif bersifat kualitatif yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Instrumen dalam penelitian adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama yang dipandu oleh, angket gaya belajar, kesalahan penalaran matematika materi geometri dan aljabar, dan pedoman wawancara berdasarkan kesalahan penalaran matematika tertinggi dengan subjek gaya belajar yang sama. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian angket gaya belajar, kesalahan penalaran matematika geometri dan aljabar, dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 6 orang yang terbagi atas 2 orang siswa dengan kategori gaya belajar visual, 2 orang siswa dengan kategori gaya belajar auditori, dan 2 orang siswa dengan kategori kinestetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) deskripsi karakteristik kesalahan penalaran ditinjau dari gaya beajar pada siswa keas IX SMP Negeri 4 Sungguminasa Kab. Gowa pada materi geometri, a) kesalahan siswa memperkirakan proses penyelesaian, pada tahapan ini, SV, SA dan SK membandingkan luas persegi dengan hanya mengidentifikasi dari salah satu unsur persegi panjang, lebar dan panjang tanpa memperhatikan letak persegi panjang dalam lingkaran. Persegi panjang terluas adalah yang memiliki lebar atau panjang yang paling besar, b) kesalahan siswa menggunakan pola hubungan untuk menganalisa situasi matematik, pada tahapan ini SV, SA, dan SK penggunaan prosedur penyelesaian masalah secara formal dengan menggunakan dipahami secara prosedural tidak dapat dimaknai sebagai prinsip dalam menentukan penyelesaian masalah. SV dan SK mendapatkan persegi panjang terbesar pada gambar kedua, dimana x>y tetapi tidak dimaknai besar perkiraan luas yang dinyatakan sebelumnya adalah salah, sedangkan SA mendapatkan persegi terbesar pada gambar ketiga dengan prosedur memisalkan h = 4 dan l = 4cm, maka luas persegi panjang adalah 16 cm, dimana h = l tetapi tidak dimaknai besar perkiraan luas yang dinyatakan sebelumnya adalah salah, c) kesalahan siswa menyusun argumen yang valid dengan menggunakan langkah yang sistematis dan menarik kesimpulan yang logis, menyimpulkan pemecahan masalah hanya berorientasi pada proses atau langkah pemecahan masalah dengan menyebutkan alasan persegi panjang adalah gambar kedua yang memiliki luas terbesar, namun tidak mengaitkan unsur-unsur lingkaran yaitu jari-jari 4cm dan berdiameter 8cm dalam menentukan ukuran persegi atau persegi panjang dalam lingkaran. Pada materi aljabar a) kesalahan siswa memperkirakan proses penyelesaian, yaitu SV, SA, dan SK memperkirakan persamaan kuadrat yang memiliki akar real dengan cara menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan terkait pemfaktoran namun kesulitan menetapkan akar real ketika persamaan kuadrat tersebut tidak dapat difaktorkan, b) kesalahan siswa menggunakan pola hubungan untuk menganalisa situasi matematik, secara prinsip SV, SA, dan SK memahami bahwa jika diskriminan persamaan kuadrat lebih kecil dari nol (negatif) maka persamaan kuadrat tersebut memiliki akar yang tidak real. Namun operasi matematika yang ditengah dalam proses penyelesaian diskriminan mengalami kesalahan perhitungan, c) kesalahan siswa menyusun argumen yang valid dengan menggunakan langkah yang sistematis dan menarik kesimpulan yang logis, SV, SA dan SK tidak dapat membuat kesimpulan nampak bahwa penalaran siswa terhadap penentuan akar real persamaan kuadrat adalah berdasarkan peroleh akar-akar persamaan kuadrat tersebut yaitu secara dengan cara memfaktorkan. Makna diskriminan adalah dilibatkan secara formal dalam menyimpulkan syarat suatu persamaan kuadrat mempunyai akar real, tetapi diskriminan dipahami sebagai suatu rumus tersendiri dalam persamaan kuadrat. (2) bagaimana karakteristik kesalahan penalaran setelah pemberian scaffolding ditinjau dari gaya belajar pada siswa keas IX SMP Negeri 4 Sungguminasa Kab. Gowa pada materi geometri, a) kesalahan siswa memperkirakan proses penyelesaian, pada tahapan ini, SV, SA dan SK dapat membandingkan luas persegi dengan hanya mengidentifikasi dari salah satu unsur persegi panjang, lebar dan panjang tanpa memperhatikan letak persegi panjang dalam lingkaran, (Level 1 Environmental provisons), b) kesalahan siswa menggunakan pola hubungan untuk menganalisa situasi matematik, pada tahapan ini SV, SA, dan SK penggunaan prosedur penyelesaian masalah secara formal dengan menggunakan dipahami secara prosedural dapat dimaknai sebagai prinsip dalam menentukan penyelesaian masalah. SV dan SK mendapatkan persegi panjang terbesar pada gambar kedua dengan prosedur memisalkan x = 7 dan y = 4cm, maka luas persegi panjang adalah 28cm, dimana x>y tetapi tidak dimaknai besar perkiraan luas yang dinyatakan sebelumnya adalah salah, (Level 1 Environmental provisons, Level 2 Explaining, Reviewing and Restructuring, dan Level 3 Developing Conceptual Thinking), c) kesalahan siswa menyusun argumen yang valid dengan menggunakan langkah yang sistematis dan menarik kesimpulan yang logis, dapat menyimpulkan pemecahan masalah hanya berorientasi pada proses atau langkah pemecahan masalah dengan menyebutkan alasan persegi panjang adalah gambar kedua yang memiliki luas terbesar, namun tidak mengaitkan unsur-unsur lingkaran yaitu jari-jari 4cm dan berdiameter 8cm dalam menentukan ukuran persegi atau persegi panjang dalam lingkaran (Level 1 Environmental provisons, dan Level 2 Explaining, Reviewing and Restructuring). Pada materi aljabar a) kesalahan siswa memperkirakan proses penyelesaian, yaitu SV, SA, dan SK dapat memperkirakan persamaan kuadrat yang memiliki akar real dengan cara menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan terkait pemfaktoran namun kesulitan menetapkan akar real ketika persamaan kuadrat tersebut tidak dapat difaktorkan (Level 1 Environmental provisons, Level 2 Explaining, Reviewing and Restructuring), b) kesalahan siswa menggunakan pola hubungan untuk menganalisa situasi matematik, secara prinsip SV, SA, dan SK memahami bahwa jika diskriminan persamaan kuadrat lebih kecil dari nol (negatif) maka persamaan kuadrat tersebut memiliki akar yang tidak real (Level 1 Environmental provisons, Level 2 Explaining, Reviewing and Restructuring, dan Level 3 Developing Conceptual Thinking), c) kesalahan siswa menyusun argumen yang valid dengan menggunakan langkah yang sistematis dan menarik kesimpulan yang logis, SV, SA dan SK dapat membuat kesimpulan nampak bahwa penalaran siswa terhadap penentuan akar real persamaan kuadrat adalah berdasarkan peroleh akar-akar persamaan kuadrat tersebut yaitu secara dengan cara memfaktorkan. Makna diskriminan adalah dilibatkan secara formal dalam menyimpulkan syarat suatu persamaan kuadrat mempunyai akar real, tetapi diskriminan dipahami sebagai suatu rumus tersendiri dalam persamaan kuadrat (Level 1 Environmental provisons, dan Level 2 Explaining, Reviewing and Restructuring).

Item Type: Thesis (S1)
Subjects: PASCASARJANA > MATEMATIKA
Divisions: PROGRAM PASCASARJANA
Depositing User: UPT PERPUSTAKAAN UNM
Date Deposited: 10 Apr 2018 06:51
Last Modified: 10 Apr 2018 06:51
URI: http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/7285

Actions (login required)

View Item View Item