Faridah,, Faridah, (2018) Hegemoni Kekuasaan dalam Novel Puya Ke Puya Karya Faisal Oddang( Kajian Teori Hegemoni Antonio Gramsci). Diploma thesis, FBS.
Text
BAB I.doc Download (68kB) |
Abstract
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hegemoni kekuasaan yang ada pada novel Puya Ke Puya Karya Faisal Oddang, serta mengungkap budaya hegemoni, ideologi tokoh dan kaum intelektual dalam novel tersebut. Berdasarkan tujuan tersebut, metode yang digunakan untuk mengetahui hegemoni kekuasaan pada novel Puya Ke Puya Karya Faisal Oddang adalah menggunakan metode hegemoni sastra, dengan pendekatan teori hegemoni cara pandang dari hegemoni Antonio Gramsci sebagai pijakannya. Analisis data secara kualitatif dengan penyajian data secara deskriptif. Data diperoleh melalui metode studi pustaka. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan; Pertama, hegemoni kekuasaan dalam novel Puya Ke Puya Karya Faisal Oddang menggambarkan hegemoni pada tokoh-tokoh di antaranya, hegemoni yang terjadi pada tokoh Tina Ralla, hegemoni pada tokoh Paman Marthen, hegemoni pada tokoh Kepala Desa, hegemoni pada tokoh Allu Ralla dan Malena, di setiap bentuk dominasinya berdasarkan ideologi matearilisme kekuasaan yang hegemoni dari kelas berkuasa terhadap kelas-kelas subordinat. Kedua, unsur yang memengaruhi pencapaian hegemoni yaitu hegemoni budaya dari sisi kepercayaan masyarakat berupa tingkahlaku yang dipercayai sebagai suatu aturan sosial, diantaranya, hegemoni budaya upacara Rambu Solo, mayat bayi sebagai tumbal, adat tidak menolak gelas tuak bagi laki-laki, hubungan homoseksual tanpa perlawanan, Rambu Solo berdalih kapanye politik. Ketiga, Unsur ideologi, di dalam tokoh-tokonya menganut ideologi. Beberapa tokoh yang terlihat ideologi yang dianut lebih dari satu berdasarkan tingkahlakunya, ideologi tokoh mengemukakan ideologi humanisme pada tokoh Malena dan Tina Ralla. Ideologi humanisme sosialis dan feodal pada tokoh Allu.Ideologi kaum kapitalis ada pada tokoh Pak Soso dan Mr.Berth. Ideologi feodal pada tokoh Paman Marthen, Kepala Desa. Keempat, Unsur kaum intelektual, Gramsci juga membagi kaum intelektual menjadi dua wilayah, yaitu intelektual organik dan intelektual tradisional. Intelektual organik digambarkan pada tokoh Allu sebagai mahasiswa yang kritis, pemimpin demonstran memihak pada masyarakat lemah dengan satu suara ikut merasakan secara emosional perasaan para masyarakat yang tertindas dan terpinggirkan. dan intelektual tradisional digambarkan pada tokoh Kepala Desa sebagai orang yang dituankan dan sebagai tokoh masyarakat yang memiliki hak untuk didengarkan arahannya, merupakan pemimpin Desa sebagai panutan.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA |
Divisions: | FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA |
Depositing User: | UPT PERPUSTAKAAN UNM |
Date Deposited: | 09 Apr 2018 07:27 |
Last Modified: | 09 Apr 2018 07:27 |
URI: | http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/7170 |
Actions (login required)
View Item |