CUNGKA MOHANE PADA PESTA ADAT PIDOA’ANO KURI DI WABULA, KABUPATEN BUTON, SULAWESI TENGGARA

NIKMAT, HIJRAHTHUL (2024) CUNGKA MOHANE PADA PESTA ADAT PIDOA’ANO KURI DI WABULA, KABUPATEN BUTON, SULAWESI TENGGARA. S1 thesis, Fakultas Seni dan Desain.

[img] Text
JURNAL HIJRAHTHUL NIKMAT ( SENI TARI 016) - Hijrahthul Nikmat.pdf

Download (273kB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi dan data tentang Cugka Mohane pada pesta adat Pidoa’ano Kuri di Wabula, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang disajikan secara deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini yakni: (1) Latar Belakang keberadaan cungka mohane di Wabula, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, (2) Bentuk penyajian cungka mohane pada pesta adat pidoa’ano kuri di Wabula, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) Latar belakang keberadaan cungka mohane pada pesta adat pidoa’ano kuri di Wabula, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara berawal dari kesadaran leluhur masyarakat Wabula terhadap hakikat hidupnya dengan mulai memikirkan bagaimana mereka dapat terlahir dari muka bumi ini, bagaimana mereka akan menjalankan kehidupan ini dan akan kemana mereka setelah kehidupan ini. Maka dari kesadaran itulah para leluhur Wabula menumbuhkan adat dan budaya yang mengangkat filosofi dari proses kejadian manusia. (2) Bentuk penyajian cungka mohane yaitu: pelaku dengan jumlah yang tidak menentu bergantung pada anggota yang mampu memaksimalkan diri untuk hadir di galampa. Ragam gerak terdiri dari 3 macam yaitu Lego Samba I Haroa (mengayun selendang di depan), Lego Samba I Taliku (mengayun selendang di belakang), dan Boke Tonga (ikat tengah). Pola lantai yang digunakan yaitu pola garis lurus ke depan dan pola diagonal ke kanan serta pola diagonal ke kiri. Iringan yang digunakan yaitu sebuah ganda dan sebuah gong. Kostum yang digunakan terbagi menjadi 2 golongan yaitu (1) tokoh adat mancuanano kabuchu dan calon waci dan moji menggunakan kombo, jazi/yasi, pidongko dan songko, (2) tokoh adat Waci dan Moji Ayi-ayi sampai pada imam yaitu kapakuru/kombo, jubah, pidongko, dan kampurui. Tata rias yang digunakan yaitu natural atau tidak memakai riasan apapun. Tempat pertunjukan yaitu galampa dan properti yang digunakan yaitu samba.

Item Type: Thesis (S1)
Subjects: FAKULTAS SENI DAN DESAIN > Seni Tari
Divisions: FAKULTAS SENI DAN DESAIN
Depositing User: Pustaka FSD yayu
Date Deposited: 05 Nov 2024 01:39
Last Modified: 05 Nov 2024 01:39
URI: http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/36235

Actions (login required)

View Item View Item