Telaah Terhadap Kontrol dan Kepemimpinan Perempuan di Sulsel

Bahri, Bahri (2017) Telaah Terhadap Kontrol dan Kepemimpinan Perempuan di Sulsel. Working Paper. Pustaka Mulia, Jakarta, Indonesia.

[img] Text (Buku Monograf)
Buku Monograf - Telaah Terhadap Kontrol dan Kepemimpinan Perempuan di Sulsel.pdf - Published Version

Download (3MB)
[img] Text (Peer Review Buku Monograf)
Peer Review Buku Monograf - Telaah Terhadap Kontrol dan Kepemimpinan Perempuan di Sulsel.pdf - Published Version

Download (1MB)

Abstract

Masyarakat Bugis membentuk sekaligus memiliki budayanya sendiri, secara sadar dijalankan secara kolektif dalam dinamika kemasyarakatan. Dalam upaya melanggengkan kebudayaannya, masyarakat mengapresiasikannya dalam berbagai bentuk. Bentuk tersebut mencakup budaya fisik yang terpatri dalam adat istiadat dan tradisi, serta budaya non-fisik yang mencakup nilai-nilai moral, religius, dan filosofi yang dianut. Secara fisik, sebagian besar budaya Bugis terpatri dalam berbagai bentuk tradisi sastra, terutama pappaseng. Dalam budaya Bugis, nilai tentang perempuan merupakan norma dalam masyarakat, yaitu: 1. Perempuan sebagai Indo Ana, yaitu ibu yang bertugas memelihara anak; 2. Perempuan sebagai Pattaro Pappole Asalewangeng, yaitu peran perempuan sebagai penyimpan dan pemelihara rezeki yang diperoleh suami; 3. Perempuan sebagai Repo' Riatutui Siri'na, yaitu peran sebagai penjaga rasa malu dan kehormatan keluarga (Hasan, 2006). Perempuan hanya mempunyai kewajiban menjaga anak, mengurus rumah tangga, dan menjaga harkat dan martabat keluarga. Hal tersebut menggambarkan ketetapan tersebut harus dijalani seorang perempuan Bugis untuk menasbihkan diri sebagai orang yang memiliki peran dalam kehidupan. Jika perempuan turut serta mencari nafkah, keluarga akan merasa malu dan jatuh martabatnya sehingga perempuan dimasa tersebut memiliki ketergantungan yang sangat tinggi kepada suami. Perempuan dianggap siri' bagi keluarga. Pelecehan terhadap perempuan seperti silariang adalah aib bagi keluarga. Keluarga perempuan akan berusaha melukai atau membunuh pria yang melecehkan martabat keluarganya. Mati dalam menegakkan kehormatan keluarga adalah mati yang indah, mate rigollai na risantangi. Dalam pepatah Bugis, wilayah perempuan adalah sekitar rumah, sedangkan ruang gerak kaum pria “menjulang hingga ke langit’’. Dialah tulang punggung keluarga dan dialah yang bertugas mencari nafkah (sappa laleng atuong). Sementara perempuan sebagai ibu (indo ana) menjalankan kewajibannya menjaga anak, menumbuk padi, memasak, mencuci, menyediakan lauk pauk dan berbelanja keperluan keluarga. Pekerjaan utamanya dalam rumah dan sekitarnya serta mengatur dan membelanjakan pendapatan suami selaku “ pengurus yang bijaksana” (pa 'tato malampe' nawa-nawa ’e) (Pelras, 2006). Hegemoni Srikandi Di Sulawesi Selatan banyak perempuan yang pernah memegang kekuasaan penting dalam kerajaan, bahkan nenek moyang Bugis-Makassar To Manurung dikisahkan tidak hanya seorang lelaki, Batara Guru, tetapi disandingkan dengan perempuan jelita bemama lEe Nyilik Timo. We Nyilik Tinto juga dipercaya sangat berperan melahirkan gagasan-gagasan besar tentang pondasi kebudayaan. Sosok perempuan bangsawan Bugis yang cukup dikenal namanya pada abad XIX adalah Colliq Pujie. Beliau bukan hanya bangsawan, tetapi juga pengarang dan penulis, sastrawan (ikut andil dalam menyusun naskah La Galigo), negarawan, politikus yang pernah menjalani tahanan politik selama 10 tahun di Makassar. Prinsip hidupnya adalah “ininnawakku niuwita. Mau natuddu’ solo’. Mola linrung muwa" (lihatlah keadaan batinku. Walaupun dihempas arus deras ‘kesusahan’. Namun aku masih tetap mampu berdiri tegar). Raja Tanete, bernama Siti Aisyah Wc Tenri Olle putri ke-2 La Tunampare’ To Apatorang Arung Ujung, yang memerintah Kerajaan Tanete selama 55 tahun (1855-1910). Beliau mempopulerkan Tanete hingga ke Eropa melalui kontribusinya menerjemahkan mahakarya eposLa galigo dari bahasa Bugis klasik ke bahasa Bugis umum. Dalam sejarah masih tercatat beberapa penguasa perempuan Bugis- Makassar seperti. We Tenri Rawe (Raja/Pajunge ri Luwu), Adatuang We Abeng (Ratu Sidenreng), Adatuang Adi We Rakkia Karaeng Kanjenne (Sidenreng), Soledatu We Ada (Soppeng), Andi Ninnong dan Petta Ballasari (Ranreng Matoa Wajo), Andi Depu (Datu Balanipa Mandar), Andi Pancaitana (Enrekang).

Item Type: Monograph (Working Paper)
Subjects: KARYA ILMIAH DOSEN
Universitas Negeri Makassar > KARYA ILMIAH DOSEN
Divisions: KOLEKSI KARYA ILMIAH UPT PERPUSTAKAAN UNM MENURUT FAKULTAS > KARYA ILMIAH DOSEN
KARYA ILMIAH DOSEN
Depositing User: S.T., M.T. Faruq Ratuhaji
Date Deposited: 26 Mar 2021 08:46
Last Modified: 26 Mar 2021 08:46
URI: http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/19730

Actions (login required)

View Item View Item