GERAKAN MAHASISWA PEMBEBASAN DI KOTA MAKASSAR (2002-2013)

Chaidherrahman, Muhammad (2015) GERAKAN MAHASISWA PEMBEBASAN DI KOTA MAKASSAR (2002-2013). Diploma thesis, Universitas Negeri Makassar.

[img] Text
Muhammad Chaidherrahman.doc

Download (84kB)

Abstract

GERAKAN MAHASISWA PEMBEBASAN DI KOTA MAKASSAR (2002-2013) Muhammad Chaidherrahman email :muhammadchaidherrahman@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan tahapan yakni, heuristik, verifikasi, interpertasi, dan histiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gema Pembebasan adalah salah satu organisasi sayap dari Hizbut Tahrir Indonesia yang bergerak di bidang politik. Gema Pembebasan didirikan pada tahun 2002 di Kota Makassar dan menjadi cikal bakal terbentuknya Gema Pembebasan di Indonesia. Gema Pembebasan didirikan untuk membantu Hizbut Tahrir Indonesia menyebarkan ide dan pemikirannya di kalangan mahasiswa sebagai usaha mewujudkan tegaknya syariat Islam di Indonesia. Semenjak kehadirannya pada tahun 2002 sampai tahun 2013 di Kota Makassar, Gema Pembebasan mampu terus menunjukkan eksistensinya dengan membentuk jaringan organisasi di kampus-kampus besar di Kota Makassar, seperti UNHAS, UIN Alauddin, UNM, UMI, dan UNISMUH. Dampak dari adanya Gema Pembebasan di Kota Makassar, dari persepektif politik belum memberikan dampak yang cukup serius terhadap kebijakan-kebijakan politik pemerintah sedangkan dari persepektif sosial ide mendirikan negara khilafah telah menawarkan opsi baru kepada pergerakan mahasiswa di seluruh Indonesia dalam menjawab segala persoalan yang terjadi dalam bangsa dan negara. Kata Kunci: Khilafah,Islam, Infiltrasi, Mahasiswa, PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Namun bukan berarti bahwa mahasiswa hanya sekedar terdaftar diperguruan tinggi serta duduk di bangku perkuliahan saja, menerima dan menimbah ilmu sesuai disiplin ilmunya masing-masing. Mahasiswa mengandung artian lebih luas. Selain mempunyai tugas belajar, juga mengembang fungsi lain, yakni sebagai unsur dari kehidupan masyarakat yang dinamik dan sedang menuju kehidupan modern. Dengan alasan ini mahasiswa merasa terpanggil dan rela menyisihkan sebagian waktu studinya guna memperhatikan persoalan-persoalan yang ada diluar kampusnya. Secara singkat dalam sejarah, peran mahasiswa dalam perjuangan bangsa dimulai pada masa awal kebangkitan nasional, ditandai berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dan mencapai titik puncaknya pada tahun 1998. Pasca reformasi, pada kenyataanya Indonesia tidak banyak mengalami perubahan bahkan agenda utama reformasi terbilang tidak tercapai.HTI, berpendapat bahwa persolan yang saat ini tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia termasuk munculnya sikap hedon dan apatis mahasiswa terhadap persoalan-persoalan sosial berakar pada besarnya hegomoni dari pemikiran-pemikiran negara Barat.Untuk membebaskan pemikiran mahasiswa dari pengaruh negara Barat, HTI membentuk HTI Chapter dalam menyebarkan ide khilafah di kalangan mahasiswa. Namun dalam implementasinya HTI Chapter mendapatkan kendala dalam melakukan kegiatan-kegiatannya Untuk itulah kemudian muncul Gema Pembebasan yang didirikan pada tahun 2002 di Kota Makassar. Gema Pembebasan didirakan untuk membantu HTI dalam melakukan infiltrasi di kalangan mahasiswa tanpa menggunakan nama HTI secara langsung. Semenjak kehadirannya pada tahun 2002 di Makassar sampai tahun 2013, Gema Pembebasan mampu bertahan sebagai organisasi mahasiswa eksternal kampus dan bahkan sudah memiliki kader dan simpatisan di kalangan mahasiswa di berbagai kampus, hal itu dapat dilihat dari adanya jaringan organisasi Gema Pembebasan di Universitas-Universitas besar di Makassar, Seperti UNHAS, UIN Alauddin, UNM, UMI, dan UNISMUH. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana latar belakang terbentuknya Gema Pembebasan di Kota Makassar? 2. Bagaimana perkembangan Gema Pembebasan di Kota Makassar tahun 2002-2013? 3. Bagaimana dampak adanya Gema Pembebasan di Kota Makassar tahun 2002-2013? 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian historis dengan menggunakan metode kualitatif dan analisis deskriptif. Metode kualitatif merupakan proses penelitian yang ingin menghasilkan data bersifat deskriptif, yaitu berupa hasil ucapan, tulisan, dan perilaku individu atau kelompok yang dapat diamati berdasarkan subyek itu sendiri. Dalam upaya memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau kelompok maka wawancara terbuka dan observasi menjadi penting untuk dilakukan. Dengan begitu, pendekatan deskriptif ini lebih menekankan pada latar belakang perilaku individu atau kelompok yang diteliti secara keseluruhan. 2. Tahapan Penilitian a. Heuristik Tahapan pertama yang dilakukan oleh penulis yaitu mencari dan mengumpulkan sumber yang berhubungan dengan topik. Pengumpulan sumber dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah bahan yang dianggap relevan, baik berupa bahan tertulis (dokumen), lisan maupun visual. Dalam kegiatan penelitian penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan yang dianggap mempunyai kompetensi untuk menjelaskan secara komprenhensif sejarah Gema Pembebasan di kota Makassar pada tahun 2002 hingga perkembanganya sampai pada tahun 2013. Adapun informan yang diwawancarai yaitu pertama, Muhammad Arief Sidiq Pahany, ia adalah Ketua Gema Pembebasan Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat yang pada selanjutnya di singkat Ketua Gema Pembebasan Wilayah SulSelBar periode tahun 2011-2013 dan 2013-2015. Penulis melakukan wawancara kepada Arief Sidiq Pahany di masjid UMI Makassar pada tanggal 17 Juni 2015. Dari hasil wawancara dengan Arief, penulis mendapatkan beberapa data mengenai latar belakang dan tujuan berdirinya Gema Pembebasan di Makassar. Kedua adalah Abdul Khaliq Syawal, Humas Gema Pembebasan Wilayah SulSelBar periode 2013-2015. Penulis melakukan wawancara dengan Abdul Khaliq Syawal pada tanggal 29 Agustus 2015 dan 11 Oktober 2015 di Warkop Amigoz BTP, Makassar. Hasil dari wawancara dengan Khaliq, penulis mendapatkan beberapa data mengenai landasan pemikiran Gema Pembebasan, aktivitas Gema Pembebasan di Makassar pada tahun 2006-2013 dan juga penjelasan mengenai status Gema Pembebasan dalam sturktur HTI. Ketiga adalah Harkam, mantan Ketua Gema Pembebasan Wilayah SulSelBar periode 2002-2004. Penulis melakukan wawancara dengan Harkam melalui via email karena ia sekarang berdomisili di Kota Sorong, Papua Barat. Dalam wawancara dengan Harkam, penulis mendapatkan beberapa data mengenai awal munculnya embrio Gema Pembebasan di Kota Makassar yang menjadi cikal bakal terbentuknya Gema Pembebasan di Indonesia. Keempat adalah Yunasri Ridhoh, Ketua Maperwa FIS UNM periode 2015-2016 sekaligus juga mantan kader Gema Pembebasan. Penulis melakukan wawancara pada Yunasri Ridhoh pada tanggal 3 November di Kampus Gunung Sari UNM. Dari hasil wawancara dengan Yunasri Ridhoh , penulis mendapatkan penjelasan mengenai alasan ia berhenti mengikuti pengkaderan Gema Pembebasan. Alasan Yunasri Ridhoh dijadikan referensi penulis untuk membahas faktor pendukung dan penghambat perkembangan Gema Pembebasan di Kota Makassar. Terakhir adalah Adi Sucipto, aktivis kampus sekaligus Ketua HMJ Pendidikan Sejarah FIS UNM periode 2014-2015. Penulis melakukan wawancara dengan Adi Sucipto pada tanggal 4 Novemer 2015. Dalam wawancara dengan Adi Sucipto penulis mendapatkan penjelasan mengenai pendapatnya menolak ide khilafah diterapkan di Indonesia. Penjelasan Adi juga dijadikan bahan penulisan oleh penulis dalam membahas faktor pendukung dan penghambat perkembangan Gema Pembebasan di Kota Makassar Selain melalukan wawancara dengan beberapa informan yang dianggap penulis memahami topik penelitian. Pengumpulan sumber lainnya yaitu berupa studi pustaka dengan mengumpulkan sumber-sumber pustaka berupa buku-buku, buletin,jurnal, koran dan karya hasil penelitian yang erat kaitannya dengan obyek yang ditulis oleh penulis. Sumber-sumber tersebut ada yang didapatkan penulis pada saat melakukan kunjugan di Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNM, sumber tersebut yaitu buku yang ditulis oleh Afdal dkk yang berjudul “Islam dan Radikalisme di Indonesia” dan buku yang ditulis oleh Slamet Muljana yang berjudul “Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan”, Jilid I. Kedua buku ini dijadikan referensi bagi penulis sebagai bahan penulisan skripsi ini. Selain itu juga, ada beberapa sumber pustaka berupa buku-buku, buletin,jurnal, koran, dan karya hasil penelitian yang menjadi koleksi pribadi penulis. Beberapa sumber yang menjadi koleksi pribadi penulis tersebut didapatkan di internet b. Kritik Sumber Pada tahapan ini, sumber yang telah dikumpulkan pada kegiatan heuristik, selanjutnya dimulai menyeleksi dan menguji kebenaran dan keabsahan suatu sumber, guna mendapatkan data yang otentik. Dalam kritik sumber, terdapat penekanan tertentu yang bertujuan untuk memberikan defenisi kritik sumber itu sendiri. Menurut Sjamsuddin dikatakan bahwa: Tujuan dari kegiatan-kegiatan itu adalah bahwa setelah sejarawan berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, ia tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber itu. Langkah selanjutnya ia harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber-sumber pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Langkah-langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) maupun terhadap substansi (isi) sumber. 1) Kritik eksternal Kritik eksternal adalah kritik yang dilakukan untuk melihat aspek luar daripada data atau sumber, tujuan untuk melihat keaslian sumber seperti dokumen yaitu dengan cara meneliti tulisannya, gaya bahasa dan penggunaan ejaan. Hal ini dilakukan untuk menguji keabsahan sumber apakah sumber itu asli atau palsu. 2) Kritik internal Kritik internal adalah kritik yang dilakukan terhadap sumber atau data sejarah yang lolos dalam kritik eksternal, karena kritik internal merupakan kritik aspek dalam dari data atau sumber. Tujuannya yaitu untuk melihat atau mengetahui apakah isi yang tersaji dalam data atau sumber tersebut valid atau tidak. c. Interpretasi Pada hakikatnya, interpretasi sejarah seringkali disebut dengan analisis sejarah. Dalam hal ini, ada dua metode yang digunakan yaitu analisis dan sintesis. Keduanya dipandang sebagai metode utama dalam interpretasi. Analisis sejarah ini sendiri bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Kendati suatu sebab terkadang mengantarkan pada hasil tertentu, namun mungkin juga dengan sebab yang sama dapat mengantarkan pada hasil yang berlawanan dalam lingkungan orang lain. Oleh karena itu, interpretasi dapat dilakukan dengan cara memperbandingkan data guna menyingkap peristiwa-peristiwa mana yang terjadi dalam waktu yang sama. d. Historiografi Historiografi atau tahapan penulisan sejarah yang merupakan fase terakhir dalam metode penulisa sejarah setelah heuristik, kritik sumber, dan interpretasi. Tahapan ini merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Dalam penulisan hasil penelitian sejarah tersebut hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian, sejak awal perencanaan sampai akhir penarikan kesimpulan, sehingga prosedur, sumber dan data yang mendukung penarikan kesimpulan memiliki validitas dan reabilitas yang memadai. Selanjutnya yang kegiatan yang dilakukan adalah fakta-fakta sebagai hasil seleksi, diinterpretasikan guna mendapatkan pemaparan sejarah dalam bentuk analisa deskriftif. Sehingga dalam proses pengungkapan penelitian ini bentuk tulisannya melalui prosedur penelitian sejarah yang bertujuan untuk merekonstruksikan masa lampau secara sistematis dan berupaya menyajikan tulisan yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian baik data laporan dan data kepustakaan. PEMBAHASAN A. Latar Belakang Terbentuknya Gema Pembebasan di Kota Makassar Munculnya Gerakan Mahasiswa Pembebasan di Indonesia tidak terlepas dari peran Hizbut Tahrir Indonesia. HTI sendiri merupakan salah satu ormas Islam yang ada di Indonesia. Hizbut Tahrir didirikan pada tahun 1953 oleh Syekh Taqiyuddin an Nabhani di Al Quds, Palestina. Hizbut Tahrir memiliki misi untuk mengembalikan kejayaan daulah khilafah. Secara pemikiran, ide-ide HT sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 1972 dan masuk di Kota Makassar pada tahun 1990-an. Dalam perkembangannya HTI di Indonesia terfokus di area kampus, hal ini dikarenakan kampus meyediakan basis bagi gerakan HTI untuk berkembang. Selain lokasi kampus strategis yang memungkin mahasiswa dalam menerima transformasi sosial, potensi gerakan mahasiswa juga cukup diperhitungkan oleh pemerintah karena mahasiswa salah satu golongan yang bisa menembus benteng pemerintah dan mengawali perubahan Sejarah mencatat pergerakan mahasiswa di Indonesia dimulai pada tahun 1908 yang menandai munculnya pergerakan nasional sampai mencapai klimaksnya pada tahun 1998 ketika mahasiswa bersama buruh, tani, rakyat, miskin kota bersatu padu merebut demokrasi menumbangkan pemerintahan yang dianggap diktator, rezim Presiden Soeharto (Orde Baru). Namun pasca tumbangnya Orde Baru seakan tidak banyak perubahan yang terjadi, jumlah angka kemiskinan setiap tahun bahkan malah bertambah, para koruptor merajalela, hukum tetap tumpul ke atas dan tajam ke bawah, anak dari keluarga kelas ekonomi menengah kebawah masih tetap sulit untuk mendapatkan haknya-haknya dalam mengakses pendidikan, jumlah lapangan kerja yang beranding terbalik dengan jumlah penduduk dan masih banyak lagi persoalan lainnya. Tidak hanya agenda reformasi yang tidak tercapai, didekade terakhir pasca reformasi, gerakan mahasiswa pun dianggap stagnan dan bahkan mengalami kemunduran HTI yang melihat permasalahan mahasiswa dan bangsa Indonesia serta melihat potensi gerakan mahasiswa yang strategis tersebut kemudian membuat sebuah divisi khusus untuk mahasiswa, yaitu divisi mahasiswa (Lajnah Mahasiswa) yang di istilahkan “HTI Chapter”. Namun dalam implementasinya HTI Chapter mendapatkan kendala dalam melakukan aktivitas perekrutannya di kalangan mahasiswa. Kendala tersebut adalah persepsi mahasiswa pada umumnya menganggap bahwa HTI merupakan kelompok keagamaan yang terdiri atas ulama-ulama dan ustadz yang hanya membahas persoalan-persoalan agama saja. Melihat persoalan tersebut, aktivis HTI yang bersatus mahasiswa di Kota Makassar kemudian berinisiatif membentuk sebuah organisasi di kalangan mahasiswa untuk membantu HTI dalam melakukan infiltrasi di kalangan mahasiswa tanpa menggunakan nama HTI secara langsung . Pada tahun 2002, berlokasi di taman wisata Bantimurung (Maros) aktivis HTI Makassar berhasil merumuskan pembetukan organisasi yang dimaksud. Organisasi tersebut diberi nama Gerakan Mahasiswa Pembebasan atau lebih dikenal dengan nama Gema Pembebasan. Organisasi ini dibentuk selain bertujuan membantu HTI untuk berinfiltrasi di kalangan mahasiswa Indonesia dalam menyebarkan ide dan konsep daulah khilafah, organisasi ini juga sekaligus menjadi wadah dalam mengakomodasi kader dan sebagai represntatif dari sel pembagian kerja HTI. B. Perkembangan Gema Pembebasan di Kota Makassar Gema Pembebasan pada periode awal (2002-2004) di Pimpim oleh Harkam. Pada awal pembentukannya di Makassar,kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Gema Pembebasan lebih fokus pada penyiapan fondasi gerakan dan sosialisasi eksistensinya ke gerakan-gerakan lain. Pencapian yang didapatkan oleh Gema Pembebasan untuk periode awal (2002-2004) terbilang gemilang karena selama dua tahun kepengurusan Gema Pembebasan untuk di tingkat komisariat sudah mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara normal, hal itu dibuktikan dengan dilaksanakannya rekrumen anggota baru pada kegiatan Training pembebasan. Walaupun pada akhirnya salah satu Komisariat yaitu Komisariat POLITEKNIK UNHAS dalam perjalanannya mengalami kevakuman. Pada periode selanjutnya tahun 2004-2006, Gema Pembebasan dipimpin oleh Tamsil Hadi, Alumni Jurusan Manejemen UNHAS. Tamsil terpilih menggantikan Harkam setelah dilakukan musyarawaf mufakat di forum Muswil I (Musyawarah Wilayah) yang dilaksanakan di Kampus Gunung sari UNM pada tahun 2004 untuk menentukan ketua Gema Pembebasan Wilayah Sulawesi Selatan periode tahun 2004-2006. Pada periode kedua inilah, Gema Pembebasan diresmikan secara nasional pada tahun 2004 setelah dicapai kesepakatan antara aktivis Gema Pembebasan dengan aktivis HTI yang berstatus mahasiswa lainya diseluruh Indonesia. Kesepakatan ini dapat tercapai selain hasil dari komunikasi yang intens juga dikarenakan konsep dan metode yang dilakukan oleh Gema Pembebasan dianggap lebih efektif untuk menyebarkan ide-ide khilafahdi kalangan mahasiswa. Periode tahun 2006-2008 tampuk kepemimpinan di pegang oleh Muhammad Rais (Alumni jurusan Ilmu Politik UNHAS) menggantikan Tamsil Hadi. Muhammad Rais juga terpilih dari hasil musyawarah mufakat yang dilakukan oleh seluruh pengurus Gema Pembebesan. Aktivitas pada periode ini lebih menfokuskan pengembangan jaringan Gema Pembebasan di kampus-kampus besar yang ada di Makassar. Dan salah satu pencapain Gema Pembebasan pada periode ini adalah terbentuknya komisariat baru dibeberapa kampus besar di Makassar. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan Gema Pembebasan membentuk kepengurusan tingkat komisariat di kampus UIN Alauddin dan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dan tidak hanya itu, Gema Pembebasan juga berhasil memekarkan empat komisariat baru di Univeristas Negeri Makassar, yaitu Komisariat Kampus Gunung Sari, Komisariat Kampus Parangtambung, Komisariat Kampus Banta-Bantaeng (Fakultas Olahraga), dan Komisariat Kampus Tidung (Fakultas Ilmu Pendidikan). Dalam perjalanannya Gema Pembebasan sempat mengalami kevakuman dalam kepengurusannya mulai dari tingkat Wilayah sampai Komisariat pada tahun 2008-2010, praktis seluruh aktivitas Gema Pembebasan pada saat itu tidak berjalan dengan semestinya . Kevakuman ini terjadi didasari oleh kebijakan dari HTI Pusat untuk meleburkan Gema Pembebasan dengan HTI Chapter dalam merekrut mahasiswa di kampus-kampus. Menurut Abdul Khaliq kebijakan ini diambil karena HTI mencoba melakukan percobaan dan survei terhadap respon mahasiswa bagaimana jika HTI yang kembali secara langsung menyampaikan ide dan gagasan-gagasannya dengan tidak menggunakan nama Gema Pembebasan dalam melakukan pelemparan wacana dan perekrutan kepada mahasiswa. Tetapi pada tahun 2011 kepengurusan Gema Pembebasan diaktifkan kembali oleh Aktivis HTI, hal ini mengindikasikan bahwa strategi yang dilakukan oleh HTI dalam melakukan pelemparan wacana dan perekrutan anggota secara langsung di kalangan mahasiswa tidak berjalan dengan optimal. Tahun 2011- 2013 Arief Sidiq Pahany terpilih menjadi ketua Gema Pembebasan periode 2011-2013 pasca kevakuman Gema Pembebasan selama satu periode. Akibat kevakuman yang terjadi alhasil kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Gema Pembebasan pada saat itu fokus pada penyiapan fondasi gerakan dan normalisasi kepengurusan kembali dengan menyiapkan kader yang menepati pos-pos jabatan di seluruh sturuktur kepengurusan mulai dari tingkat wilayah sampai komisariat. Pencapaian Gema Pembebasan pada periode ini juga tercatat cukup progres karena berhasil membentuk komisariat baru di Fakultas Teknik Gowa dan juga berhasil mengembalikan kondisi kepengurusan Gema Pembebasan dengan stabil sehingga kegiatan-kegiatan perekrutan dan pengawalan isu-isu nasional yang dilakukan oleh Gema Pembebasan berjalan dengan baik. C. Dampak Adanya Gema Pembebasan di Kota Makassar 1. Dampak Politik Kalau melihat pada saat ini gerakan yang dikembangkan dan diperjuankan oleh Gema Pembebasan sama halnya dengan HTI belum memberikan dampak yang cukup serius terhadap kebijakan-kebijakan politik pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah terutama kota Makassar dalam setiap wacana-wacana perlawanan yang dilemparkan oleh Gema Pembebasan. Sebab gerakan poltik yang dilakukan oleh Gema Pembebesan pada saat ini masih dalam tahap tasqif (pengkaderan) dan tahap tafa’ul (berintraksi) dan untuk tahap ketiga tahap istilamu al-hukmi (penerimaan/perebutan kekuasaan) seperti pada penjelasan sebelumnya Gema Pembebasan sampai saat ini belum memperlihatkan tanda-tanda akan melakukan hal tersebut. Tampaknya hingga saat ini gerakan Hizbut Tahrir ataupun Gema Pembebasan lebih dapat dirasakan sekedar sebagai radikalisme pemikiran yang berada pada lingkup wacana daripada sebuah gerakan dengan aksi-aksi yang dianggap radikal 2. Dampak Sosial Munculnya Gema Pembebasan di Indonesia saat ini merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap rezim-rezim sebelumnya. Dalam konteks tersebut Gema Pembebasan merasa terpanggil dan berkewajiban untuk melanjutkan perjuangan kekusaan Islam politik dengan memformulasikan politik Islam ideologis dengan mengusung penerapan syariat Islam dalam mewujudkan ide khilafah Islamiyah. Namun Ide khilfah Islamiyah yang mengingingkan Islam sebagai landasan poltik Indonesia tak jarang menimbulkan benturan kepentingan bernuansa ideologis. Walaupun ide untuk membentuk negara Islam menimbulkan kontroversi di tengah masayarakat, tetapi tidak pungkiri juga dengan adanya Gema Pembebasan di Indonesia terkhusus Makassar telah memberikan dampak positif terhadap masyarakat dan mahasiswa. Aktivitasnya yang berorientasi pada edukasi dengan cara memberikan pendidikan politik ke mahasiswa, secara tidak langsung telah memberikan kesadaran kepada mahasiswa. Kesadaran tersebut adalah mengenai arti penting menjadi mahasiswa itu sendiri, dimana mahasiswa tidak hanya sekedar terdaftar di perguran tinggi serta duduk dibangku perkuliahan saja. Tetapi, ada tugas dan fungsi yang diembang oleh seorang mahasiswa sebagai unsur dari masyarakat yakni memperjuangkan sebuah aspirasi kepada penguasa dengan mengawal setiap permasalahan yang timbul dalam masyarakat demi mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera. Selain itu juga, Gema Pembebasan yang mengusung ide mendirikan negara khilafah telahmenawarkan opsi barukepada pergerakanmahasiswa Indonesia dalam menjawab segala persoalan yang terjadi di dalam kalangan mahasiswa serta persoalan-persoaan yang teradi dalam bangsa dan negara. KESIMPULAN Sebagai kesimpulan dapat dirangkum dalam berbagai poin-poin berikut: - Kemunculan organisasi Gema Pembebasan di Indonesia tidak terlepas dari peran aktivis HTI dan organisasi Gema Pembebasa di Kota Makassar pada tahun 2002. Gerakan Mahasiswa Pembebesan merupakan organisasi saya dari HTI yang bergerak dibidang pergerakan. - GemaPembebasan selama 11 tahun (2002-2013) ternyata mampu menunjukkan eksistensinya sebagai organisasi ekstenal mahasiswa dan bahkan mampu memperluas jaringannya di kampus dengan membentuk komisariat di kampus-kampus besar di Kota Makassar sepeti Komisariat UNHAS Tamalanrea, Komisariat UNHAS Fakultas Teknik Gowa, Komisariat Gunung Sari UNM, Komisariat Parangtambung UNM, Komisariat Fakultas Pendidikan UNM, Komisariat Fakultas Olahraga UNM UIN Alauddin, UMI, dan UNISMUH. - Dampak dari adanya Gema Pembebasan di kota Makassar dilihat dari perpesktif politik pada saat ini belum memberikan dampak yang cukup serius dalam mengubah arah kebijakan-kebijakan politik pemerintah sedangkan dari perspektif sosial ide khilafah tak jarang menimbulkan benturan kepentingan yang bernuansa ideoligis antara Gema Pembebasan dan organisasi mahasiswa lainnya namun disisi lain intraksi intensif yang dilakukan oleh Gema Pembebasan kepada mahasiswa secara tidak langsung memberikan penyadaran kepada mahasiswa mengenai kondisi realitas Indonesia yang sebenarnya 2. Saran dan Masukan - Menurut penulis penelitian ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang kajian Gema Pembebasan di Makassar maupun pengaruhnya di masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya karena ada banyak nilai dan makna yang bisa dijadikan pelajaran dari Sejarah Gerakan Mahasiswa Pembebasan di Kota Makassar. DAFTAR PUSTAKA A.A Padi, MateriAjar :Gerakan Mahasiswa Indonesia Era NKK, Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Afadlaldkk. 2005. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta : LIPI Press. Al Jawi, Muhammad Shiddiq. 2004. Malapetaka Akibat Hancurnya khilafah. Bogor: Al Azhar Press. Azhar, Saifuddin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: PustakaBelajar Badan Pusat Stastik Kota. 2014. Makassar ”Makassar dalam Angka 2014. (Makassar: UD ARESO). Bakti, Andi Faisal & Yasin ,Salahuddin. 2014. Abdul Qahar Muzakkar: Ketegaran Seorang Pejuang Bangsa, Ditinjau Dari BerbagaiAspek . Banten: Center For Cross-Cultural And Human Relation In Action (C3-HURIA)-Qamus Institute, Donald Wilhelm, 1981. Indonesia Bangkit, Jakarta: UI Press. HizbutTahrir Indonesia. 2009. Manifesto Hizbut Tahrir Untuk IndonesiaIndonesia, Khilafah, dan Penyatuan Kembali Dunia Islam. Jakarta: HTI. Hizbut Tahrir. 2015 Struktur Negara Khilafah (Pemerintah dan Admistrasi) terj: YahyaA.R.. Jakarta: HTI Press. Ilmi, Miftahul. 2008. “Persepsi Ulama NU Tentang Sistem Khalifah (Studi Kasus Ulama NU Kota Semarang”, Skripsi. Semarang:.Siyasah Jinayah Fakultas Syaria’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo. ImdadunRahmat, M. 2007. ArusBaru Islam Radikal-Transmisi Rivivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia. Jakarta:Erlangga. MuhsinRodhi, Muhammad. 2012. Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir dalam Menidirikan Negara Khilafah, terj: Muhammad Bajuri dan Romli Abu Wafa (Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing). Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan, Jilid I, Yogyakarta : LKiS. Nurhidayat. 2014. “Hizbut Tahrir di Makassar 1994-2012” Skripsi. Makassar: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar. Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah, Yogyakarta :Ombak. Sohim ,Agus Muhammad. 2013.“Dakwah Gerakan Mahasiswa Pembebasan (Gema Pembebasan) Semarang Dalam Menyebarkan Ideologinya di Kalangan Mahasiswa UNDIP”, Skripsi. Semarang: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), FakultasDakwahdanKomunikasiInstitut Agama Islam Negeri Walisongo. Tasa, H.M Ridwan, 2009. Pemuda dan Nasionalisme, Refleksi 101 Tahun Kebangkitan Nasional, Yogyakarta: PustakaTimur Yulianti, 2007. 1700 Bank Soal Sejarah Indonesia dan Dunia, Bandung: YramaWidya. DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Arief Sidiq Pahany Umur : 25 tahun Pekerjaan : Mahasiswa dan Wiraswasta ( Ketua Gema Pembebasan Wilayah Sulawesi Selatan Barat Periode 2011-2013 dan 2013-2015) Alamat : Kompleks Nusa Harapan Permai Blok D5/1 Makassar 2. Nama : Abdul Khaliq Syawal Taufik Umur : 21 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa (Humas Gema Pembebasan Wilayah Sulawesi Selatan Barat Periode 2013-2015) Alamat : BTP Blok H no 475 3. Nama : Harkam Umur : 34 tahun Pekerjaan : Wiraswasta ( Ketua Gema Pembebasan Wilayah Sulawesi Selatan Barat Periode 2002-2004) Alamat : Kota Sorong, Papua Barat 4. Nama : Muhammad Yunasri Ridhoh Umur : 21 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa (Ketua Maperwa FIS UNM Periode (2015-2016) Alamat : Tidak menetap 5. Nama : Adi Sucipto Umur : 21 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa (Ketua HMJ Pend.Sejarah FIS UNM Periode 2014-2015) Alamat : Bonto Duri

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: FAKULTAS ILMU SOSIAL > Sosiologi
Divisions: FAKULTAS ILMU SOSIAL
Depositing User: UPT PERPUSTAKAAN UNM
Date Deposited: 16 Jan 2017 05:26
Last Modified: 16 Jan 2017 05:26
URI: http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/1914

Actions (login required)

View Item View Item