MAKNA TARI MANGNGAYO PADA UPACARA RAMBU SOLO DI DESA BUBUN BATU KECAMATAN MAMASA KABUPATEN MAMASA SULAWESI BARAT

FARADILLAH, NOVA (2018) MAKNA TARI MANGNGAYO PADA UPACARA RAMBU SOLO DI DESA BUBUN BATU KECAMATAN MAMASA KABUPATEN MAMASA SULAWESI BARAT. Diploma thesis, UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR.

[img]
Preview
Text
JURNAL.pdf

Download (248kB) | Preview

Abstract

ABSTRAK NOVA FARADILLAH, 2018, Makna Tari Mangngayo pada Upacara Rambu Solo di Desa Bubun Batu Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat. Skripsi Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang: 1) bentuk penyajian tari Mangngayo pada upacara Rambu solo di Desa Bubun Batu Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa, 2) Makna bentuk tari Mangngayo pada upacara Rambu solo di Desa Bubun Batu Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah:1) Observasi di desa Bubun Batu. 2) Wawancara dengan bapak Benhar, Yordan, Gusti dan nenek Ambe. 3) Studi Pustaka dari beberapa literatur. 4) Dokumentasi berupa foto, dokumen dan suara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif lalu dikembangkan menjadi hipotesis dan ditempuh melalui proses reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian adalah: 1) Bentuk penyajian tari Mangngayo di desa Bubun Batu yang meliputi: a) pelaku tari laki-laki tanpa batas umur yang disebut Tomangngayo, b) busana yaitu talana tallu buku (celana tiga ruas), ampire, sura’ (selempang batik), la’bo’(parang), tandu’ (tanduk), bayu (baju), sassang, dan tora-tora (kalung), c) properti yang digunakan adalah doke’ (tombak), d) ragam gerak yaitu pengkolai (penghormatan) yaitu mengarahkan tombak ke arah tamu dan keluarga, pasayu’ baulu (mengambil sirih) yaitu mengambil sirih di tiang bala’ kayan, dan mangngayo tedong (menombak kerbau) yaitu melakukan gerakan menombak ke arah kerbau. d) tari mangngayo dilakukan pada upacara mebaba’ di tanah lapang, yaitu pada pagi menjelang siang. e) iringan merupakan syair singgi’. 2) Makna tari Mangngayo: a) makna penari yaitu sebagai pemimpin keluarga. b) makna kostum: talana tallu buku (celana tiga ruas) melambangkan kemakmuran, ampire melambangkan kesederhanaan dan kerendahan hati masyarakat mamasa, sura’ melambangkan kesejahteraan, la’bo’ melambangkan kejantanan dan keberanian para laki-laki Mamasa, tandu’ melambangkan kekuatan. c) properti doke’ melambangkan kejantanan dan keberanian. d) ragam gerak pengkolai maknanya sebagai penghormatan kepada keluarga, tamu, ragam pasayu’ baulu bermakna sebagai ungkapan doa dari keluarga dan tamu kepada almarhum, ragam mangngayo tedong maknanya doa agar kerbau yang disembelih kelak menjadi kendaraan almarhum di alam baka. e) tempat dan waktu bermakna meminta berkat dari pencipta dan agar dimudahkan jalannya ke alam baka. f) Iringan (syair) bermakna sebagai ungkapan syair untuk menyanjung tomangngayo, dan juga meminta pertolongan Tuhan, mendoakan almarhum dan keluarga.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: FAKULTAS SENI DAN DESAIN > Pendidikan seni Rupa
Divisions: FAKULTAS SENI DAN DESAIN
Depositing User: Pustakawan Amaluddin Zaihal
Date Deposited: 20 Feb 2020 08:08
Last Modified: 20 Feb 2020 08:08
URI: http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/17211

Actions (login required)

View Item View Item